Ini adalah kejadian nyata yang aku alami pada tahun 2005 tepatnya pada bulan mei. Sebelumnya aku
kasih tahu tentang aku. Aku adalah seorang ibu rumah tangga dari seorang suami yang sangat sayang
aku dan anak-anak, sungguh aku bahagia mendapatkan seorang laki-laki yang sangat penyayang.
Namaku sebut saja nia (bukan nama sebenarnya). Diusiaku yang 37 tahun ini banyak temanku yang
mengatakan aku adalah wanita yang cukup cantik dan berkulit putih bersih. Aku sudah punya 2
orang anak yang anak pertama masih berumur 9tahun dan anak kedua masih berusia 6 tahun.
Aku lulusan S1 Ekonomi manajemen tahun 1996 pada salah satu universitas swasta di Yogyakarta.
Saat ini aku dan suamiku sama-sama kerja. Suamiku bekerja disalah satu bank swasta ternama
dikota yogyakarta sedangkan aku bekerja di staf manager marketing salah satu perusahaan yang
mempunyai cabang dibeberapa propinsi dengan kantor pusat terletak di jakarta.
Kehidupanku sebagai seorang istri, aku merupakan seorang wanita setia pada suami. Aku berprinsip,
tidak ada laki-laki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suami yang sangat kucintai. Dan
sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh,
tertarik dengan lelaki lain merupakan pantangan buatku. Kehidupan kami sehari-hari cukup mapan
dengan keberhasilan kami memiliki sebuah rumah yang asri di sebuah lingkungan yang elite di
daerah utara Yogyakarta. Begitu juga
dalam kehidupan seks tiada masalah di antara kami. Ranjang kami cukup hangat bahkan sangat
memuaskan tanpa ada kekurangan satupun dalam masalah seks.
Awal kejadian perselingkuhan yang tak aku inginkan pada saat aku dapat tugas dari pimpinan
cabang yogyakarta untuk melaporkan hasil kerja perusahaan cabang yogyakarta ke kantor pusat
Jakarta. Saat itu aku biasa kejakarta memilih naik bus walaupun disarankan oleh pimpinan cabang
naik pesawat karena biaya transport ditanggung oleh perusahaan.
Saat pukul 14.00 aku diantar suamiku dan anak-anak keagen bus safari dharma raya, karena pada
tiket tertulis pukul 15.00 bus sudah berangkat. Tapi saat tiba pukul 15.00 bus belum datang dan
akhirnya pukul 16.15 busnya datang aku pun berpamitan sama anak-anak dan suamiku tercinta.
"Pa. mama berangkat dulu ya!"
"Iya ma hati-hati ya, tak anter keatas yuk" begitu kata suamiku sambil ngantar aku sampai tempat
duduk didalam bus.
Ternyata kursiku berada di urutan ke-2 dari belakang sebelah kanan. Dan disitu sudah terisi seorang
cowok sekitar umur 24 tahun.
"Mama jangan lupa oleh-olehnya ya..!" begitu pesan anak-anakku
"Iya gampang deh."
Akhirnya suamiku dan anak-anak turun dari bus, dan bus mulai berjalan.
Selama perjalanan laki-laki disampingku diam tak berbicara, akupun tidah mengiharaukannya. Dan
kuperhatikan dia sibuk sms. Waktu bus memasuki kota Wates dimulai menyapa.
"Tujuan mau kemana mbak?"aku dibuat kaget dengan sapaanya.
"Jakarta, kalau adik tujuan kemana?" aku berbalik Tanya.
"Saya juga kejakarta, memang jakartanya turun mana mbak?"
"Sulo gadung, trus ntar nymbung naik taksi kekemayoran" jawabku singkat.
"Kemayorannya mana mbak, sory mbak tanyanya detail banget ya?"
"gak apa-apa, Kemayorannya jalan Garuda kok, kalau adik jakartanya mana?"
"Wah, kita satu arah mbak saya daerah tamansari sebelah selatan jalan Garuda walau masih jauh."
Dia berbohong atau nggak aku gak tau, karena aku buta Jakarta, yang aku tau Jakarta itu Cuma
kantor pusat yang terletak di jalan Garuda.
Hari mulai gelap lampu dalam tidak dihidupkan, mungkin karena kru bus dapat menggangu istirahat
para penumpang.
Bus executive yang aku naiki banyak fasilitasnya seperti bantal, selimut dan tisu yang terletak diatas
aku duduk.
"Nama Mbak siapa? Itu tadi suami dan anak-anak mbak ya?", dia mulai pembicaraan kepadaku.
"iya itu keluargaku, namaku Nia kalau adik namanya siapa?" sambil kujulurkan tanganku
Dia menjabat tanganku dan menyebutkan namanya.
"Aku Iwan mbak, mahasiswa UPN semester akhir, aku mau mudik mbak".
Dalam jabatan tangannya aku measakan kehangatakn yang luar biasa mungkin pengaruh dari dingin
AC bus.
Selama perjalanan kami sudah banyak bercerita, dari Tanya jawab tentang skripsi sampai
pekerjaanku. Dan begitu juga dia bercerita tentang hidup dijogja lebih murah dari pada Jakarta.
Laki-laki ini berinisiatip untuk banyak ngomong dan mengajak aku berbicara. Selama pembicaraan
sepenuhnya dia menujukkan sikap hormat dan santunnya padaku. Aku juga menaruh respek padanya
karena sikapnya itu. Dia pinjamkan majalah dan koran bacaannya padaku, dia juga tawarkan
makanan atau minuman yang dia bawa. Aku terbiasa hanya minum air mineral saat bepergian begini.
Sedangkan air yang ditawarkan adalah Coca-cola makanya aku menolak dengan halus.
Dan akhirnya pukul 19.00 didaerah Gombong bus berhenti untuk makan malam dan para
penumpang dapat kupon makan gratis.
Aku dan Iwan turun menuju restoran dan menukarkan kupon gratis makan malam. Kami duduk
berdua sambil cerita. Tiba-tiba ditengah-tengah Susana makan malam dia berkata:
"Mbak cantik deh"
Aku terkejut terselek makanan
"Maksudnya apa Wan?"
"Iya mbak cantik, maaf mbak jangan berpikirkan yang negative terhadapku karena yang saya
omongkan kenyataan."
Aku tersanjung atas pujiannya tapi aku agak tidak berkenan karena secara langsung dia menggodaku
dan aku masih bisa menahan diri.
Kru bus memberitahukan kalau busnya sudah bersiap berangkat, kami pun bergegas menuju bus
yang kami tumpangi.
Sampai dalam bus aku disarankan untuk pindah kesebelah yang dekat candela, akupun mengiyakan
karena aku lebih leluasa melihat keluar.
Didalam bus aku memilih diam karena aku takut bisa terjadi penggodaan selanjutnya. Aku
berselimut dan mencoba memejamkan mata. Malam semakin larut Aku sangat kaget ketika tiba-tiba
tangannya menggenggam tanganku, hampir kutarik kalau dia tidak bilang,
"Tangan Mbak dingin banget, nih. Mau nggak kalau aku pijat refleksi tangannya, nanti hangat,
deh?", ah, dia punya seribu satu alasan yang selalu tepat untuk banyak berbuat padaku. Aku juga
nggak tahu, kenapa aku pasrah saja saat tangannya meraih tanganku membawa ke pangkuannya
untuk dia pijit-pijit. Dia bilang pijat refleksi. Aduh, aku berteriak tertahan karena kesakitan, tetapi
dengan cepat dia bilang dalam bisikkan, bahwa kalau aku merasakan sakit artinya bahwa memang
aku sedang sakit. Dia terangkan bahwa yang dia pijat itu adalah tombol-tombol saraf yang
berhubungan dengan bagian di tubuhku yang sedang kena sakit. Dia bilang paru-paru dan
punggungku sedang tidak normal karena dingin atau mungkin karena lelahnya perjalanan. Dan yang
membuatku langsung merinding dan bergetar adalah suara bisikkannya itu. Dalam khayalku se-akan
seorang lelaki bukan suamiku sedang membisikkan birahinya ke padaku.
Aku mulai sadar aku tidak seharusnya seperti ini, lalu kutarik tanganku. Diapun sadar,
"Maaf mbak saya Cuma pengen membantu mbak biar hangat."
Aku masih diam tak bicara. Tapi yang namanya godaan selalu aja ada.
Iwan mulai tangannya menyentuh pahaku dan aku singkirkan tangannya dari pahaku.
"Maaf Wan aku sudah bersuami."
"Maaf mbak bukan maksudku."
Langsung aku putus pembicaraannya.
"Dudahlah Dik, lebih baik adik tidur saja, mbak juga sudah ngantuk."
Iwan pun terdiam, tapi ternyata Iwan tidak mau menyerah begitu saja mungkin rasa penasarannya
terhadapku.
Tangannya mulai bergerak lagi tapi tanganya merangkul aku, diletakkan tangannya dibelakang
kepalaku. Dan memaksaku dalam pelukannya. Akupun kaget tapi apa daya tangannya kuat, aku pun
gak mau membuat keributan didalam bus yang penuh dengan penumpang. Akhirnya aku
dipelukannya dengan kusandarkan kepalaku dipundaknya dan tanganya melingkar ditubuhku.
Sangat luar biasa kehangatan yang kurasakan saat itu, maafkan aku suamiku aku telah melakukan
perselingkuhan walau tidak berhubungan badan.
Iwan tidak berhenti disitu aja dia mulai meraba payudaraku yang berukuran 34B. Aku mencoba
melarangnya tapi kenapa aku merasakan kenikmatan. Dia terus memijit-mijit panyudaraku, aku
mendesis, "akh.!!!"
Iwan terus memijit panyudaraku tanpa henti-henti.
Akupun tidak merasa takut ketahuan penumpang lainya karena perbuatannya dibawah selimut bus.
Iwan mulai membuka kancingku satu per satu. Dalam hati aku hanya bisa meminta maaf pada
suamiku, maafkan aku Pak.
Kancing sudah terlupas semua dia mulai menurunkan BHku sekarang payudaraku dapat dilihat
dengan jelas oleh Iwan.
"Susumu indah banget mbak, boleh gak aku hisap?"
Aku hanya diam tak bicara.
Diapun mulai menundukan kepalanya kepanyudaraku dan menghisapnya seperti bayi yang minum
asi. Nikmat campur rasa bersalah pada saat itu sama suamiku yang telah ku hianati cintanya.
"Gimana mbak.?"
"Terus Dik hisap trus.!!!"
Akh. Ogh... aku hanya mendesisi kenikmatan. Ternyata tidak berhenti disitu saja dia mulai
menurunkan resleting celana kainku. Dia menurunkan celana dalamku.
Dan ya ampun.. Nikmat luar biasa sangat dia memasukan jari-jarinya kedalam vaginaku.
"Akh.. Akh... ough.. Terus dik. Terus.. Oh...!!!"
Dia terus mengobok-ngobok vaginaku dengan jarinya dan menghisap panyudaraku. Dan akhirnya.
aku orgasme.
Sungguh nikmat luar biasa. Aku mengerang dan menjambak rambutnya saat orgasme.
"Akhhhhh...!!!"
Iwan lalu duduk setelah tahu kalau aku sudah orgasme.
"Bbak tolong gantian dong."
Dia menuntun tangannya kearah kontolnya. Sebetulnya aku amat tersinggung dan terhina pada ulah
Iwan ini, tetapi nggak tahu kenapa aku tiba-tiba serasa ditimpa dan ditampar sebuah sensasi yang
hebat saat tanganku dia paksakan menggenggam sesuatu yang sangat luar biasa bagiku. Tanganku
merasakan kontol Iwan itu sangat hangat, walaupun gede dan panjangnya masih lebih dikit milik
suamiku. Sepertinya aku terpukau oleh sihir kontol Iwan ini. Untung reflek bertahanku masih
menampakkan penolakkan dengan berusaha menarik dari cengkeraman tangannya. Hanya akhirnya
karena kekuatan yang tidak seimbang, dia membuat aku tidak berkutik,
"Tolong, mbak, sebentar saja, saya bener-bener tidak bisa menahan nafsu birahiku, tolong Mbak,
biar aku terlepas dari siksaanku ini, tolon..ng.. tadikan mbak sudah saya buat orgasme jadi gantian
Mbak.", dia menghiba dalam berbisik dan aku semakin tertelikung oleh kekuatan tangannya dan
sekaligus sihir nafsu birahiku yang tak mampu menghadapi sensasi penuh pesona ini.
Dia kembali bisikkan ke telingaku,
"Kocok, mbak, aku pengin keluar cepet, nih", sambil dia pegang tanganku untuk menuntun
kocokkannya. Dan aku sudah mengambil keputusan yang sangat berbeda dengan ketegaran awalku
tadi. Aku merasa telah dikalahkan oleh suatu kondisi.
Akupun mulai mengocoknya.
Telah beberapa saat dia mendesah dan merintih lirih, tetapi belum juga ejakulasinya datang. Bahkan
kini aku sendiri mulai terjebak dalam kisaran arus birahi sejak tangannya juga merabai payudaraku
dan memainkan puting susuku. Aku terbawa mendesah dan merintih pelan dan tertahan. Aku
mengalami keadaan ekstase birahi. Mataku tertutup, khayalanku mengembara, aku bayangkan
alangkah nikmatnya apabila kontol ini meruyak ke kemaluanku. Ah, alangkah nikmatnya.., nikmat
sekali .., nikmat sekali.., pikiranku sudah kemana-mana mungkin karena aku sudah terangsang.
"Ayoo, dik, aku sudah cape, nih, keluarin cepeett...s",
Dia tersenyum, "Susah, mbak, kecualii...",
"Apaan lagi?",
"Kalau Mbak mau menciumi dan mengisepnya.". Gila. Dia sudah gila. Beraninya dia bilang begitu
padaku. Tt.. tet.. ttapi .. mungkin aku kini yang lebih gila lagi. Aa.. aak.. ku mengangguk saat
matanya melihat mataku. Sesungguhnya sejak tadi saat tanganku menggapai kontolnya kemudian
merasakan betapa keras aku sudah demikian terhanyut untuk selekasnya bisa menyaksikan betapa
mentakjubkan kontol segede itu. Aku sudah demikian tergiring untuk selekasnya mencium betapa
harumnya aroma kontol itu, betapa lidahkupun ingin merasakan bagaimana seandainya aku
berkesempatan melumat-lumat kontol si Iwan ini. Dan kini rasanya yang sangat berharap untuk
mengisep-isep itu bukan dia tetapi aku kini yang kehausan dan ingin sekali menciumi dan mengisep
kontol Iwan.
Cahaya lampu Bus Safari Dharma Raya yang memang diredupkan untuk memberi kesempatan para
penumpang bisa tidur nyenyak sangat membantu apa yang sedang berlangsung di kursi kami ini.
Seakan-akan aku tidur di pangkuan suamiku, aku bergerak telungkup menyusup ke dalam
selimutnya. Gelap, tetapi bibirku langsung menyentuh kemudian mencaplok kontol Punya Iwan itu.
Aku sudah menjadi hewan. Nafsuku nafsu hewaniah. Aku tidak lagi memikirkan nilai-nilai kesetiaan
dan sembarang nilai lainnya. Aku sudah masa bodo. Nafsuku sudah menjerat aku. Aku mulai
mengkulum kontol itu, lidahku bermain dan aku mulai memompakan mulutku ke kontol Iwan.
Huuhh, aroma kontolnyaa.., sungguh aku langsung terhanyut dan bergelegak. Aku mengharapkan
sperma dan air mani Iwan cepat muncrat ke mulutku. Aku biasa menelan sperma suamiku, sehingga
kini aku juga merasa biasa saja kalau kontol ini akhirnya akan memuncratkan spermanya dan aku
pasti menelannya.
Aku yakin Iwan sudah memikirkan kemungkinan untuk tidak sampai menjadi perhatian penumpang
lainnya. Aku sendiri akhirnya demikian masa bodoh. Aku yang sudah demikian larut dalam
kenikmatan yang tak mudah kutemui di tempat lain ini terus hanyut dalam keasyikan birahi dengan
kontol dalam jilatan dan kulumanku. Aku merem melek setiap lidahku menjulur dan menariknya
kembali. Rasa asin precum Rendy demikian aku rindukan dan nikmati sepenuh perasaan dan
gelinjang nafsuku.
Aroma jembut tebal Iwan sangat memabukkanku. Dalam ruangan selimut yang demikian sempit itu
aroma kelelakian Iwan demikian menggumpal merasuki hidungku. Sementara tangan Iwan sendiri
kurasakan aktif mengelusi di arah rambutku, terkadang juga turun hingga ke pantatku. Aku
menggelinjang tertahan dalam tempat yang serba terbatas ini.
Kini yang kurasakan adalah kehausan yang amat sangat. Aku ingin minum. Aku ingin secepatnya air
mani Iwan muncrat dari kontolnya ini. Aku sangat haus untuk segera meminum sperma panasnya.
Aku lumat-lumat sepenuh perasaanku dengan harapan bisa secepatnya merangsang Iwan untuk
melepaskan spermanya. Kontol itu kuperosokkan dalam-dalam kemulutku hingga menyentuh
tenggorokkanku. Aku mengerang, mendesah sambil bergumam meracau. Tanganku juga ikut
mengelusi batangnya kekar dan keras itu. Sesekali lidah dan bibirku menjilati batangnya hingga ke
pangkal dan bijih pelernya.
Benar, tidak sampai 5 menit sebuah kedutan yang sangat keras mengejut dalam mulutku diikuti
pancaran panas air mani Iwan. Kedutan-kedutan selanjutnya membuat mulutku penuh oleh cairan
lendir panas itu. Aku buru-buru menelannya agar tidak tercecer. Sayang, khan.
"Terima kasih, ya mbak", katanya sambil membetulkan celananya dan menarik tutup resluitingnya.
Akupun membersihkan mulutku dengan tisu diatas kursi kami. Sungguh luar biasa aku bisa orgasme
karena permainan jarinya divaginaku dan kulumanku yang bisa membuat orgasme si Iwan.
Kami pun tertidur pulas Iwan sambil memelukku.
Akhirnya pukul 05.30 bus sampai pulo gadung dan kamipun turun.
"mbak gimana kalau kita satu taksi biar irit biaya toh jalannya satu arah"
"ok..!!" akupun mengiyakan
Didalam Taksi aku dan Iwan berdiam diri sambil membayangkan semalam didalam bus yang luar
biasa.
Akhirnya saya turun depan kantor pusat aku bekerja. Lalu kami tukar nomor HP dan aku turun dari
taksi. Hari itu aku ber smsan ria bersama Iwan. Dan akupun selesai tugasku aku rencana pulang
keyogyakarta. Akupun bilang sama Iwan, tapi Iwan melarangku dan mengajaku ke Jogya barengbareng
lagi.
Bunyi Hp berdering, lalu kuangkat
"iya pa ada apa? Gimana anak-anak?"
"Mereka gak apa-apa, sudah selesai belum tugasnya, kalu sudah langsung pulang aja ya ma."
"iya pa, tapi masih belum selesai", aku berbohong pada suamiku.
Entah setan mana yang mengajariku bohong padahal selama ini aku belum pernah berbohong pada
suamiku.
"Ya sudah jangan lupa bawakan oleh-oleh anak kita."
"Ok pa, da papa.", akupun menutup teleponku.
Dan selang 10menit HPku berdering kembali, ternyata dari Iwan.
"Pagi mbak. lagi dimana? Gimana pulang ke Jogja bareng aja yach?"
"Pagi juga Wan, ok deh kita bareng pulangnya, mbak lagi dikamar mes nich", selama aku dikantor
pusat disediakan kamar mes.
"Mbak saya jemput ya kita jalan-jalan dulu keliling Jakarta, itung-itung biar mbak tau Jakarta"
"ok dech tak tunggu ya", akupun menyambutnya dengan gembira.
Begitulah, Iwan menjemputku, aku dan Iwan akhirnya berangkat jalan-jalan.
Setelah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar jakarta, Iwan dan kawannya mengajak istirahat
disebuah hotel "S" didaerah mangga besar. kemudian kami menyewa satu kamar dan langsung
menuju kamar.
Kami mengobrol tertawa cekikikan sampai bercerita tentang kejadian dibus. Tiba-tiba Iwan menarik
tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Iwan yang saat itu sedang duduk ditepi tempat tidur.
Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku
juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Iwan menempel kebibirku hingga beberapa saat.
Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Iwan melumat mulutku. Lidah Iwan
menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan
mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Iwan supaya ia melepaskan pelukannya pada
diriku.
"Wan, jangan Wan, ini enggak pantas kita lakukan..! ", kataku terbata-bata.
Iwan memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih
tetap memeluk pinggang rampingku dengn erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.
"Memang nggak pantas Mbak, tapi gimana lagi Mbak, toh juga meresponku waktu di bus ", Ujar
Iwan yang terdengar seperti desahan.
Setelah itu Iwan kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu
merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu
birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Iwan sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan
demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Iwan sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn napasnya mulai terengahengah.
Sementara aku semakin tak kuat unruk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis
untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Iwan
yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu
terbuka didepan Indra. Secara refleks aku masih coba berontak.
Kini, dipelukan Iwan, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Aku berusaha menutupi
dengan mendekapkan lengan didadaku, tetapi dengan cepat tangan Indra memegangi lenganku dan
merentangkannya. Setelah itu Iwan mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa
membuang waktu, bibir Iwan melumat salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga
langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan
meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan
yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geliu dan
nikmat ketika bibir dan lidah Iwan menjilat dan melumat puting susuku.
"Mbak.. da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak ta.. tahan.. , sayang.. , ", kata
Iwan terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak.
Kemudian Iwan juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik
buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang
menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, Dengan cepat Iwan melepas celana dan celana dalamku
dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat
yang dimiliki Iwan, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.
Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Iwan. Sungguh,
aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, kecuali dihadapn suamiku.
Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Iwan
berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.
"Wan, untuk yang satu ini jangan Wan. Aku tidak ingin merusak keutuhan perkawiananku..!",
pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang kini
tanpa penutup.
"Mbak.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.. ,aku sudah terlanjur terbakar.., aku nggak kuat
lagi sayang, please aku. mohon", kata Iwan masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karna tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja
ketika Iwan kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah
dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku.
Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin
terengah-engah.
Tiba-tiba Iwan beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini
ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang
dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh. Aku melihat tubuh Indra yang
memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih
besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja.
Kini tubuh telanjang Iwan mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang
Iwan menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat
dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi
sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang
semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat
ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata
Iwan nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Ia memutar-mutar telunjuknya didalam
lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang
menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan
pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
"Wan, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ", pintaku.
Tetapi lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di
selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan
rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut
Iwan yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam
birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Iwan melepaskanku dan
berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti mbak Nia dong
yang aktif..!", Kata Iwan dengan manja.
"Mbak nggak bisa Wan, lagian mbak masih takut..!", Jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang... kocok kontolku kayak dibus kemarin
mbak", ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan
darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Iwan. Sejenak aku sempat membayangkan
bagaimana nikmatnya jika penis yang keras itu dimasukkan kelubang vagina perempuan, apalagi
jika perempuan itu aku.
"Besaran mana sama milik suami Ibu..?", Goda Iwan.
Aku tidak menjawab walau dalam hati kalau penis Iwan lebih kecil dibandingkan milik suamiku,
tapi aku takut mengatakan nanti tersinggung.
"Diapakan nih Wan?", kataku berbohong sambil memegang penis Iwan.
"Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Kayak di bis kemarin itu lho Bisakan..?", jawab Iwan
dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis milik Iwan. Ada sensasi tersendiri
ketika aku mulai mengocok buah zakar Iwan yang sangat besar tersebut. Aku berharap dengan
kukocok penisnya, sperma Iwan cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Iwan yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun
mengocok batang zakarnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga
terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tibatiba
ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku sebaliknya
kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Iwan kembali melumat lubang kemaluanku.
Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang
zakar Indra dengan tanganku.
Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu. Setelah itu Iwan
beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat
tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Iwan yang
tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu.
Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki
itu bikan suamiku.
Iwan kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas
ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Iwan. Iwan terpejam merasakan
seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami
mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Iwan. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada
benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika
kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Iwan. Tiba-tiba kurasakan batang zakar
itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Iwan nekat berusaha memasukkan batang
penisnya kevaginaku. Tentu saja aku tersentak.
"Iwan. jangan dimasukkan..!", kKataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga
ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan itu masuk kelubang vaginaku.
"Oke. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..?", jawab Iwan juga
dengan napas yang terengah-engah.
Kemudian Iwan kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh aku deg-degan
luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Iwan berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya
ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya
sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Seperti janji Iwan, penisnya itu
hanya hanya digesek-gesekan dibibir vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa
betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indra itu luar biasa nikmatnya
walau tak sebesar milik suamiku.
Iwan terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir vagina. keringat kami berdua
semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
" Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..?", Kata Iwan tersengal-sengal.
"Oohh.. teeruuss.. Wan.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu telah amblas semua
kevaginaku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang
kemaluanku.
"Lohh..? wan..! Dimaassuukiin seemmua yah..?", tanyaku.
"Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..!", ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara
perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya
dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Sementara karena
tubuhnya yang berat, batang penis Iwan semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga
kedasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek
dinding vaginaku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Iwan dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh
rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya Iwan.
Semakin lama, genjotan Iwan semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan
hebat. "Clep., clep., clep., cleep..", begitulah bunyi batang zakar Iwan yang terus memompa
selangkanganku.
"Teerruss waaannn..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!", erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini.
Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Indra benar-benar telah
menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Tidak lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku
mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh Iwan. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih
berani bibir Iwan dan kupeluk erat-erat.
"Wannnn.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..!", desahku ketika hampir mencapai puncak
kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Iwan semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang
kejantanannya keselangkanganku.
Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Iwan yang kuat. Akibatnya, tidak lama
kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.!"
Desah Iwan.
"Ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. wwaan..! ", jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Iwan, sedangkan tangan kiriku
memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Iwan dapat menancap
sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Iwan juga menghentikan
genjotannya.
"Aku belum keluar sayang. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..!", ujarnya lembut sambil
mengecup pipiku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Iwan memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah,
aku pasif saja saat Iwan terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan
ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Iwan. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah
untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Iwan.
Iwan semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak hentihentinya
menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tibatiba
nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku
yang dengan kencang dipompa si Iwan. Maka aku balik membalas ciuman Iwan, semantara pantatku
kembali berputar-putar mengimbangi penis Iwan yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang
vaginaku.
"Mbak ingiin.. lagii..? ", tanya Iwan.
"Eehh..", hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Iwan bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Iwan dibawah.
"Ayoohh gaantii..! mbak.. seekaarang di ataass..", kata Iwan.
Dengan posisi tubuh diatas Iwan, pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok
batang penis Iwan yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu aku juga
ganti menjilati leher dan puting Iwan. Iwan yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek
karna kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa..", kata si Iwan sambil membalas menciumku
dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Iwan, lagi-lagi kenimatan tak terkira menderaku. Aku
semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku kebatang penis Iwan. Tubuhku yang ramping
makin erat mendekap Iwan. Aku juga semakin liar membalas ciuman Iwan.
Wwaaann.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..!", kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Iwan langsung bergulung membalikku,
sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Iwan yang telah berada diatas
tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa
disekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Iwan
kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.
"Kalau mau orgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ", desah Iwan.
Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee wannn..! ", desahku, sementara tubuhku masih terus
menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Iwan.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Iwan mendengus-dengus semakin cepat.
Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar
membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat
dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
"Mbak.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ", erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Iwan yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat
memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sperma Iwan terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku.
Iwan memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap
sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh
cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Iwan.
Gila, sperma Iwan luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup.
Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Iwan belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku.
Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat Iwan masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia
berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Iwan, Ada
sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku,
itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.
"Maafkan aku mbak Nia. Aku telah khilaf dan memaksa mbak melakukan perbuatan ini", ujar Iwana
dengan lirih.
Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam pikiran masing-masing. Bermenitmenit
kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Dan kami pun cek out dari hotel dan langsung Iwan mengantarku kembali ke mes. Dan Iwan
memesan tiket bus ke yogyakarta untuk kami berdua dan berangkat dihari berikutnya.
Selama perjalanan kejogja dalam bus kami tetap melakukan kenikmatan yang sangat indah.
Sampai di Jogja aku dijemput suamiku di Ring-Road Timur di agen bus Safari Dharma Raya,
sebelum turun dari bus kami berciuman bibir.
Dan aku berjanji pada diriku tidak akan melakukan perselingkuhan lagi. Walaupun Iwan sering
hubungi aku, tapi aku tetap tidak membalasnya. Cukup disini Wan hubungan kita.
Maafkan aku pa..
Papa gak tau apa yang terjadi. Sekali lagi maaf Pa.
Bebanku sudah agak mendingan berkurang setelah kutulis kisahku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar